topbella

Kamis, 29 Maret 2012

Rahasia Cantikan Alami Wanita Muslimah

Sebagai wanita, Anda perlu tau tips dan rahasia agar terlihat cantik alami sebagai wanita muslimah. Untuk cantik alami tak selalunya mahal, Islam telah mengatur banyak hal, termasuk di dalamnya kecantikan dan kesehatan bagi para wanita. Rahasia kecantikan alami wanita muslimah pada dasarnya bersumber dari kecantikan batin. Sebab secantik apapun kecantikan fisik, tanpa dibarengi dengan kecantikan batin, maka kecantikan tersebut hanya akan bertahan beberapa waktu saja alias tidak abadi. Rahasia kecantikan alami wanita muslimah memadukan dua kecantikan yang cukup penting bagi wanita, yakni kecantikan lahir dan batin. Atau lebih sering dikatakan sebagai inner beauty.Untuk lebih jelasnya, berikut ini beberapa tips dan rahasia kecantikan alami wanita muslimah yang bisa Anda coba untuk meningkatkan kualitas kecantikan diri Anda;


1. Wudhu merupakan rahasia kecantikan alami wanita muslimah yang cukup luar biasa. Wudhu bukan hanya setakat rutinitas pekerjaan ibadah saja. Wudhu memiliki khasiat luar biasa untuk menjaga kesehatan dan kecantikan kulit. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa rutinitas membasuh kulit muka sebanyak lima kali dalam sehari akan mencegah terjadinya kanker kulit sekaligus menjadi facial wajah yang membantu membersihkan kulit wajah. Dengan demikian rahasia kecantikan alami wanita muslimah akan terpancar secara jelas.


2. Memakai celak. Rahasia kecantikan alami wanita muslimah lainnya adalah dengan memakai celak mata sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah saw. Memakai celak ternyata tak hanya akan memperindah mata, namun juga mampu melindungi mata dan menjaga kesehatan mata.

3. Rajin bersiwak. Bersiwak merupakan tradisi Rasulullah dalam membersihkan gigi setiap saat dengan menggunakan kayu siwak. Para wanita muslimah dapat mengikuti cara Rasulullah ini untuk menjaga kesehatan dan kualitas gigi.


4. Jilbab mempercantik. Jilbab disamping merupakan syariat ajaran Islam juga berfungsi untuk melindungi tubuh maupun rambut dan kepala seorang wanita dari paparan cahaya matahari secara langsung. Kontak cahaya matahari yang terjadi secara terus menerus akan berakibat pada terjadinya resiko kanker kulit. Jilbab yang dilengkapi dengan cadar juga berguna untuk melindungi kecantikan wajah seorang wanita. Kulit lama kelamaan akan menjadi putih dan tampak lebih bersih.



Istimewanya Seorang Muslimah ^_^

Kaum feminis bilang, susah menjadi wanita ISLAM. Lihat saja peraturan dibawah ini:

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.3. Wanita saksinya kurang dibanding lelaki.4. Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki.5. Wanita harus menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.6. Wanita wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat pada isterinya.7. Talak ada di tangan suami dan bukan isteri.8. Wanita kurang banyak beribadah karena masalah haid dan nifas yang tidak dialami lelaki.
Makanya mereka tidak lelah-lelahnya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM"!Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)...??Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik.Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan?
Itulah bandingannya dengan seorang wanita.Wanita perlu taat kepada suami tetapi lelaki pun wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya.Bukankah ibu adalah seorang wanita?
Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya.Manakala lelaki menerima pusaka atau warisan, ia akan menggunakan hartanya untukisteri dan anak-anaknya.
Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat, dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.
Di akhirat kelak, seorang lelaki akan mempertanggungjawabkan 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.
Seorang wanita pula, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.
Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat saja : shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada suaminya dan menjaga kehormatannya.
Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat pada suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, ia akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.
MasyaALLAH... demikian sayangnya ALLAH pada wanita, kan?
Bagaimana......? Masih merasa tidak adil?Berbahagialah menjadi seorang muslimah !!

Sabtu, 24 Maret 2012

Ilmu yang Bermanfaat

Pengertian Ilmu

     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu disamakan artinya dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab Ilm.[1] Ulum jamak dari ilmu yaitu paham dan pemikiran. Kemudian dinukilkan dengan pengertian beberapa masalah ilmiah yang berbeda-beda.[2]
     Dari pengertian di atas bahwasanya ilmu dapat diartikan juga sebuah pengetahuan. Ilmu adalah suatu bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk penyesuaian dirinya pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.[3]
     Dalam perkembangannya lebih lanjut di Indonesia, pengetahuan disamakan artinya dengan ilmu. Hal ini dapat dilihat dari pendapat-pendapat berikut : “Kata ilmu berasal dari bahasa Arab alima (ia telah mengetahui), kata jadian ilmu berarti pengetahuan. Dan memang dalam bahasa Indonesia sehari-hari ilmu diidentikkan dengan pengetahuan. Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material keduanya mempunyai perbedaan.[4]
Ditinjau dari makna harfiah, Ilm (ilmu atau sains) mempunyai beberapa sinonim, seperti danesy dan danestan. Sedangkan dari segi makna teknisnya yaitu sebagai berikut :
a.      Keyakinan tertentu yang sesuai (correspond to) dengan kenyataan, lawan dari kebodohan sederhana atau murakap (compound)[5] meskipun ia digunakan dalam satu proposisi.
b.      Himpunan Proposisi yang dianggap hubungan satu sama lain meskipun sifat proposisi-proposisi itu personal dan spesifik. Dalam pengertian ini, ilmu diterapkan pada ilmu sejarah, geografi, ilmu rijal (baca tentang perawi hadits) dan biografi.
c.      Himpunan proposisi universal yang berporos tertentu tiap-tiap proposisi ini bisa diterapkan untuk sekian banyak contoh meskipun himpunan proporsi itu bersifat konvensional dalam pengertian inilah ilmu diterapkan pada hal konvensional sebagai lawan dari ilmu-ilmu sejati atau hakiki, seperti ilmu kosakata dan tata bahasa.
d.      Himpunan proposisi universal hakiki (bukan konvensional) berporos tertentu. Pengertian ini mencakup seluruh ilmu teoritis dan praktis, termasuk teologi dan metafisika tapi tidak bisa diterapkan pada proposisi-proposisi personal dan konvensional.
e.      Himpunan proposisi-proposisi hakiki yang bisa dibuktikan dengan pengalaman inderawi. Dalam pengertian inilah para positivis menggunakan istilah ilmu, karenanya ilmu-ilmu dan pembelajaran non empiris tidak dianggap sebagai ilmu/sains.[6]
     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwasanya bermanfaat maksudnya adalah berguna, berfaedah.[7] Yang dimaksud disini adalah ilmu yang bermanfaat merupakan ilmu yang ada faedahnya / berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat.
     Allah SWT Maha Mengetahui terhadap seluruh objek pengetahuan. Dengan ilmu-Nya, Dia mengetahui secara detail terhadap segala apa yang berlaku di bumi yang paling rendah sampai yang ada di langit yang tinggi semuanya tidak pernah ada yang luput dari jangkauan ilmu-Nya walau sebesar atom, baik yang ada di langit dan bumi. Bahkan Dia tahu gerakan dan merayapnya semut di hutan yang nilam yang ada di batu nilam yang keras pada malam yang gelap gulita. Dia mengetahui gerak atom di ruang angkasa. Dia mengetahui segala rahasia dan yang sangat tersembunyi.[8]
 Pembagian Ilmu
     Ilmu merupakan hal yang utama dan paling utama, bagi setiap manusia, karena dengan berilmu orang dapat melakukan sesuatu yang diinginkan, dan mempunyai akal yang sehat karena orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhiratnya, maka dari itu ilmu-ilmu yang perlu kita pelajari diantaranya yaitu :
Menurut al-Ghazali, dalam menuntut ilmu yang fardu kifayah ini dapat dibagi menjadi dua :
1.      Ilmu yang syar’iyyah
     Apa yang bermanfaat yang diperoleh/diambil dari para nabi dan tidak diperoleh dari akal atau dari pengalaman maupun dari pendengaran.
Ilmu yang syari’iyyah yang dipuji ini ada 4 macam : pertama, yang merupakan pokok yaitu ada empat yaitu kitab Allah (al-Qur’an), sunnah rasulullah, kesepakatan/ijma ulama mujtahidin dan ucapan sahabat. Kedua, merupakan cabang dari pokoknya yaitu apa yang dipahami dari pokok, tanpa memandang lafad, melainkan makna-makna yang tersembunyi yang dapat dilihat oleh akal. Cabang-cabang dari pokok ini ada dua macam yaitu berkaitan dengan kemashlahatan dunia yang ada dalam kitab fiqh dan berkaitan dengan kemaslahatan dunia akhirat. Ketiga, permulaan yaitu yang berguna sebagai alat misalnya ilmu bahasa, maupun nahwu. Keempat, penyempurna, hal ini terdapat dalam ilmu al-Qur’an sedangkan ilmu al-Qur’an terbagi pada :
a.      Apa yang berhubungan dengan lafadz
b.     Apa yang berhubungan dengan makna
c.      Apa yang berhubungan dengan hukum-hukumnya.
2.      Ilmu yang bukan syar’iyyah
Yaitu ilmu yang terambil bukan dari kenabian, misalnya ilmu kedokteran dan sebagainya.
Ilmu yang bukan syar’iyyah terbagi tiga kategori, yaitu :
-        Yang dipuji, yaitu apa yang patut dalam urusan dunia misalnya kedokteran dan ilmu hitung.
-        Yang dicela misalnya ilmu mendatang ruh, ilmu sulap, ilmu sihir maupun ilmu membaur.
-        Yang diperbolehkan misalnya syair-syair yang tak mengandung penghinaan : cerita-cita, dongeng-dongeng dan sebagainya.[9]

     Ilmu pokok menurut Comte ialah matematika, astronomi, ilmu alam, ilmu kimia, ilmu biologi, dan sosiologi. Comte berpendapat bahwa ilmu hitung (bagian dari matematika) adalah ilmu yang paling mendasar, ilmu yang dapat dipelajari tanpa bantuan ilmu apapun, kecuali ilmu hitung itu sendiri. Sifat ini tidak akan ditemukan dalam ilmu astronomi, yang ilmu ini baru mungkin dipelajari atas bantuan ilmu matematika. Demikian ilmu alam bahkan memerlukan ilmu matematika dan astronomi dan seterusnya. Kimia tergantung pada ilmu alam dan kedua ilmu yang disebutkan dimuka, begitu pula ilmu biologi tergantung pada keempat ilmu tersebut di atas. Akhirnya, sosiologi tergantung dan baru dapat dipelajari dengan bantuan semua ilmu yang tersebut terdahulu.[10]
     Menurut Abuddin Nata dalam bukunya “Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam”, ilmu terbagi menjadi tiga macam, yaitu :
a.      Ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun di akhirat seperti ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu ramalan.
b.      Ilmu-ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitannya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakannya. Ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridloi-Nya serta dapat membekali hidupnya di akhirat.
c.      Ilmu-ilmu yang terpuji dalam kadar tertentu atau sedikit dan tercela jika dipelajarinya secara mendalam karena dengan mempelajarinya secara mendalam itu dapat menyebabkan terjadinya kekacauan dan kesemrawutan antara meyakini dan keraguan, serta dapat pula membawa kepada kekafiran seperti ilmu filsafat.[11]
Menurut Muhammad al-Bahi, ilmu dari segi sumbernya dibagi menjadi dua, pertama ilmu yang bersumber dari Tuhan dan ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu menjadi dua jenis yaitu ilmu qadim dan kedua ilmu hadits (baru). Ilmu qadim adalah ilmu Allah yang sangat jelas berada dari ilmu hadits yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.[12]
Ilmu-ilmu yang terkandung didalam al-Qur’an yang perlu dipelajari, diteliti dan dimiliki lafadzh.
1.      Ilmu-ilmu bahasa Arab yaitu ilmu yang mesti diperlukan dalam usaha menyelidiki, dan memiliki secara baik kitab Allah.
2.      Ilmu hewan, anatomi, kedokteran, dan ilmu jiwa. Ilmu ini mendorong dan menyerukan kita untuk mengadakan penelitian terhadap jiwa manusia, binatang dan ternak serta menjaga kelestariannya.
وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً (النحل : 66)
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu.”[13]

3.      Geologi, geografi, arithmethik, ilmu-ilmu tersebut menyeru kepada kita kaum muslimin, untuk menyelidiki gunung-gunung, matahari, bulan, bintang-bintang dan menjadikannya sebagai pedoman untuk mengetahui tahun dan tanggal.
4.      Ilmu-ilmu tumbuh-tumbuhan : kita diserukan untuk menyelidiki bermacam-macam tanaman dan pohon, aneka ragam buah dan bunga yang telah ditumbuhkan oleh bumi.
5.      Ilmu-ilmu sejarah dan benda-benda purbakala : ilmu yang diserukan oleh al-Qur’an untuk kita menjelajah bumi dan mengetahui cerita-ceritanya orang-orang terdahulu serta dapat mengambil pelajarannya.
6.      Ilmu pertahanan pertahanan dan militer.[14]
Secara garis besar ilmu dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a.      Ilmu kealaman : memfokuskan diri pada bagaimana bekerjanya alam semesta ini dan bagaimana bekerjanya alam fisik termasuk fisik manusia.
b.      Ilmu sosial kemanusiaan : terfokus pada bagaimana diri manusia dan bagaimana manusia mengadakan interaksi dengan sesama manusia.
c.      Ilmu-ilmu ketuhanan : sebagaimana ilmu ketuhanan bekerja pada bagaimana berlangsungnya hubungan antara manusia dengan Allah.[15]
Ilmu agama dan ilmu umum sebenarnya telah diperkenalkan oleh para cendekiawan muslim klasik seperti Ibnu Khaldun menyebutkan keduanya sebagai al-ulum al-naqliyah dan al-ulum al-aqliyah. Ilmu agama yang menganggap fardu ain bagi setiap muslim untuk menuntutnya dibandingkan dengan ilmu-ilmu umum yang merupakan fardu kifayah untuk menuntutnya. Ibn Khaldun membagi ilmu seperti yang telah disinggung, ke dalam ilmu-ilmu naqliyyah (berdasarkan pada otoritas atau ada yang menyebutnya ilmu-ilmu tradisional) dan ilmu aqliyyah (berdasarkan akal/dalil rasional) termasuk yang pertama adalah ilmu-ilmu al-Qur’an, hadits, tafsir, ilmu kalam, tasawuf, dan juga ta’bir al-ru’yah (tafsir mimpi). Sedangkan ilmu yang kedua adalah ilmu-ilmu seperti filsafat (metafisika), matematika, dan fisika dengan pembagian-pembagiannya. Selain memilih ilmu pada dua kelompok besar ini, Ibnu Khaldun juga memberikan deskripsi yang berbeda tentang kedua jenis ilmu tersebut terutama dari sudut tujuan. Dikatakan bahwa tujuan ilmu-ilmu agama (naqliyyah) adalah untuk menjamin terlaksananya hukum syariat, sedangkan ilmu-ilmu rasional adalah untuk memiliki pengetahuan teoritis tentang sesuatu sebagian adanya. Meskipun begitu dalam pemilahan ini, tidak dapat tersirat sedikitpun keraguan atau penolakan akan status ilmiah dari masing-masing kelompok ilmu tersebut. ilmu agama dipandang olehnya sangat perlu untuk membimbing kehidupan ruhani manusia, sementara ilmu umum untuk membimbing kehidupan duniawi.[16]
     Ilmu yang bermanfaat disini adalah ilmu yang berfaedah dan juga berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk akhirat juga. Diantara ilmu yang bermanfaat adalah ilmu agama akan tetapi Allah juga menyuruh manusia juga mempelajari ilmu umum.
      Seorang pendidik mempunyai banyak kewajiban dimana yang paling penting adalah  harus menjadikan muridnya sebagai anak sendiri demikian dicintai, dilindungi dan ikhlas dalam membudayakan dan mengajar mereka, disamping harus membekali mereka dengan ide-ide kelas tinggi yang bermanfaat untuk mereka sekaligus bermanfaat untuk semua manusia melalui kerja mereka.
      Seorang pendidik harus mengamalkan apa yang diketahui sebelum dia dakwahkan kepada orang lain. Sebab, guru ilmu syara’ tidak boleh mendustai perkataan sendiri, karena jika tidak maka manusia akan lari meninggalkan tata krama dan ajaran syar’i yang dia kembangkan.
     Ilmu dan amal menurut al-Ghazali merupakan dua sifat yang saling mengisi. Oleh sebab itu, ilmu tidak bisa eksis tanpa amal dan sebaliknya jika seorang guru meninggalkan apa yang ditujukan oleh ilmu tetapi dia memerintahkan untuk mengamalkannya maka dia akan tersesat dan menyesatkan, disamping dia menghilangkan kepercayaan manusia bahkan harus dihidari dan dikeluarkan dari urgensinya ilmu pengetahuan.[17]
Amal ibadah termasuk juga shadaqah yang dilaksanakan tanpa mengetahui ilmunya lebih dahulu, amat sedikit kebaikannya, bahkan ada kalanya dapat merusak akal itu sendiri, atau amal ibadahnya itu tidak sah. Misalnya orang yang akan melakukan shalat, puasa, atau haji, sudah barang tentu harus mengetahui ilmunya, harus mengetahui syarat rukunnya lebih dahulu yang mendalam, yang mengerti dan faham betul dan apabila tidak, maka amal ibadahnya tidak sah karena tidak menetapi syarat rukun yang telah ditentukan oleh syara. Oleh karena itu Islam menekankan wajib menuntut ilmu bagi tiap-tiap muslim, karena dengan memiliki ilmu dapat melaksanakan ibadahnya dengan tepat.[18]
     Konsep ilmu menurut al-Ghazali adalah kerangka landasan yang dapat dijadikan tambatan menuju tercapainya Islamisasi pengetahuan, karena                al-Ghazali telah membuat suatu rentangan antara ilmu agama dan ilmu umum dengan jalan menekankan manfaat penuntut ilmu bagi penuntut ilmu. Hal ini dapat dirangkum dalam ucapannya sendiri tentang penghargaan bagi menuntut ilmu dalam artian ilmu dalam pengertian yang utuh. Hal ini terdapat dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin jilid I : “Barang siapa yang berilmu dan mengamalkan ilmu, diakui dan dikatakan sebagai yang terbesar di angkasa raya ini, sebab ia bagaikan sang surya, disamping menerangi benda lain selain dirinya, juga menerangi dirinya sendiri atau bagaikan minyak kasturi yang disamping membuat harum sekitarnya, dirinya tetap harum”.[19]
     Para ahli berwasiat kepada para pencari ilmu agar mengamalkan ilmu yang diperoleh dengan menuliskannya lewat karya-karya tulis. Seorang alim bernama al-Khatib al-Baghdadi mengarang sebuah kitab. Dalam salah satu bab dari bukunya itu terdapat tulisan yang bertemakan tentang bagaimana beramal dengan ilmu. Al-Hafiz Ibnu Asakir juga mengarang sebuah buku yang didalamnya terdapat satu bab yang berisikan celaan terhadap orang yang tidak mengamalkan ilmunya.
     Abdul Malik bin Idris al-Huzairi seorang ahli pemerintah dan seorang penulis ulung pernah menulis beberapa bak puisi sebagai berikut :
Ilmu tidak bisa bermanfaat
Bila tidak diamalkan dan dipraktekkan
Sama diriku
Antara ilmu yang tidak berguna dengan shalat yang tidak bersuci
Beramallah dengan ilmumu
Kau akan temui jati dirimu
Dan tidak rela menjadi golongan yang merugi

     Orang mencari ilmu harus iklas dan tekankanlah untuk beramal dengan ilmumu bagaikan pohon dan beramal adalah buahnya.[20]
Al-Ghazali mengatakan bahwa memikirkan ilmu sama dengan puasa dan mengkaji ilmu sama dengan salat malam. Dengan ilmu Allah ditaati dan disembah serta diesakan. Dengan ilmu manusia berhati-hati dalam mengamalkan agama dan memelihara hubungan kekeluargaan. Ilmu adalah pemimpin dan amal adalah pengikutnya. Orang yang mendapatkan ilmu adalah orang yang bahagia, sedang orang yang tidak mendapatkannya adalah orang yang sengsara.[21]
     Dari penjelasan di atas, ilmu yang berfaedah sangat penting adalah ilmu agama, karena manusia sangat membutuhkan dan memerlukan untuk akhirat, akan tetapi manusia juga butuh ilmu umum untuk kehidupan dunianya

Gimana sih Pacaran menurut Islam?

Kali ini kita akan membahas masalah ”PACARAN” menurut pandangan Islam:
a. Islam Mengakui Rasa Cinta
Islam mengakui adanya rasa cinta yang ada dalam diri manusia. Ketika seseorang memiliki rasa cinta, maka hal itu adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa. Termasuk rasa cinta kepada lawan jenis dan lain-lainnya. Seperti pada Firman Allah SWT:

Artinya: Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS. Ali Imran :14)

Khusus kepada wanita, Islam menganjurkan untuk mengejawantahkan rasa cinta itu dengan perlakuan yang baik, bijaksana, jujur, ramah dan yang paling penting dari semua itu adalah penuh dengan tanggung-jawab. Sehingga bila seseorang mencintai wanita, maka menjadi kewajibannya untuk memperlakukannya dengan cara yang paling baik.
Rasulullah SAW bersabda:
`Orang yang paling baik diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap pasangannya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istriku`.

b. Cinta Kepada Lain Jenis Hanya Ada Dalam Wujud Ikatan Formal
Namun dalam konsep Islam, cinta kepada lain jenis itu hanya dibenarkan manakala ikatannya sudah jelas. Sebelum adanya ikatan itu, pada hakikatnya bukanlah cinta, melainkan nafsu atau sekedar ketertarikan sesaat. Sebab cinta dalam pandangan Islam adalah sebuah tanggung jawab yang tidak sekedar diucapkan atau digoreskan dengan pena di atas kertas surat cinta belaka. Juga bukan janji muluk-muluk lewat SMS, chatting dan sejenisnya. Tapi cinta sejati berbentuk ikrar dan pernyataan
tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak. Bahkan lebih dari itu, ucapan janji itu tidaklah ditujukan kepada seorang wanita, melainkan kepada ayah kandungnya. Maka seorang laki-laki yang bertanggung-jawab akan berikrar dan melakukan ikatan untuk menjadikan wanita itu sebagai orang yang menjadi pendamping hidupnya, mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya dan menjadi `pelindung` dan `pengayomnya`. Bahkan `mengambil alih` kepemimpinannya dari bahu sang ayah ke atas bahunya. Dengan ikatan itu, jadilah seorang laki-laki itu `the real gentleman`. Karena dia telah menjadi suami dari seorang wanita. Dan hanya ikatan inilah yang bisa memastikan apakah seorang betul dia seorang laki-laki atau sekedar berlaku iseng tanpa nyali. Dalam Islam, hanya hubungan suami istri sajalah yang membolehkan terjadinya kontak-kontak yang mengarah kepada birahi. Baik itu sentuhan, pegangan, cium dan juga seks. Sedangkan di luar nikah, Islam tidak pernah membenarkan semua itu. Kecuali memang ada hubungan`mahram` (keharaman untuk menikahi). Akhlaq ini sebenarnya bukan hanya monopoli agama Islam saja, tapi hampir semua agama mengharamkan perzinaan. Apalagi agama Kristen yang dulunya adalah agama Islam juga, namun karena terjadi penyimpangan besar sampai masalah sendi yang paling pokok, akhirnya tidak pernah terdengar kejelasan agama ini mengharamkan zina dan perbuatan yang menyerampet kesana. Sedangkan pemandangan yang lihat dimana ada orang Islam yang melakukan praktek pacaran dengan pegang-pegangan, ini menunjukkan bahwa umumnya manusia memang telah terlalu jauh dari agama. Karena praktek itu bukan hanya terjadi pada masyarakat Islam yang nota bene masih sangat kental dengan keaslian agamanya, tapi masyakat dunia ini memang benar-benar telah dilanda degradasi agama. Barat yang mayoritas nasrani justru merupakan sumber dari hedonisme dan permisifisme ini. Sehingga kalau pemandangan buruk itu terjadi juga pada sebagian pemuda-pemudi Islam, tentu kita tidak melihat dari satu sudut pandang saja. Tapi lihatlah bahwa kemerosotan moral ini juga terjadi pada agama lain, bahkan justru lebih parah.

c. Pacaran Bukan Cinta
Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berbentuk sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemu langsung. Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya. Padahal cinta itu memiliki  tanggung jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

d. Pacaran Bukanlah Penjajakan Atau Perkenalan
Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajakan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang
diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan. Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah
memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu, yaitu:
Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda: `Wanita itu dinikahi karena 4 hal : [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting. Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebagai ta`aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang berkencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya. Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemu dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah yang dulu mereka kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran. Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan. Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

Senin, 19 Maret 2012

Keutamaan Sholat Shubuh Berjama'ah


Abu Hurairah  berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تَفْضُلُ صَلَاةُ الْجَمِيعِ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا, وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ. ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Shalat berjama’ah lebih utama dibanding shalatnya salah seorang dari kalian dengan sendirian dengan dua puluh lima bagian. Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh).” Abu Hurairah kemudian berkata, “Jika mau silakan baca, “Sesungguhnya bacaan (shalat) fajar disaksikan (oleh para malaikat).” (QS. Al Israa: 78). (HR. Al-Bukhari no. 137 dan Muslim no.632)
Dari Abu Hurairah  dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ وَصَلَاةُ الْفَجْرِ وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَتُقَامَ ثُمَّ آمُرَ رَجُلًا فَيُصَلِّيَ بِالنَّاسِ ثُمَّ أَنْطَلِقَ مَعِي بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حُزَمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لَا يَشْهَدُونَ الصَّلَاةَ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ بِالنَّارِ
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 141 dan Muslim no. 651)
Usman bin Affan  berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya.” (HR. Muslim no. 656)
Jundab bin Abdillah Al-Qasri  berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى صَلَاةَ الصُّبْحِ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللَّهِ فَلَا يَطْلُبَنَّكُمْ اللَّهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ مَنْ يَطْلُبْهُ مِنْ ذِمَّتِهِ بِشَيْءٍ يُدْرِكْهُ ثُمَّ يَكُبَّهُ عَلَى وَجْهِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim no. 163)
Penjelasan ringkas:
Shalat subuh merupakan shalat yang agung lagi disaksikan. Disaksikan oleh para malaikat yang bertugas di malam hari dan yang bertugas di siang hari, karena pada saat shalat subuh itulah mereka bergantian, malakait malam naik ke langit dan malaikat siang turun ke bumi. Barangsiapa yang mengerjakannya secara berjamaah -dengan syarat dia juga mengerjakan shalat isya secara berjamaah- maka sungguh seakan-akan dia telah shalat semalam suntuk. Dan orang yang mengerjakan shalat subuh maka dia berada dalam tanggungan, jaminan, dan penjagaan dari Allah. Dialah yang akan mengambilkan haknya dari orang lain yang telah melanggar haknya dengan kezhaliman.
Semua keutamaan di atas hanya pantas didapatkan oleh seorang mukmin sejati. Karenanya shalat yang paling berat atas orang munafik adalah shalat subuh ini, karena mereka tidak pantas untuk mendapatkan semua keutamaan di atas.

Senin, 05 Maret 2012

MENJELAJAH DUNIA SEMUT

 
Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah, 2:32)

Semut adalah makhluk hidup dengan populasi terpadat di dunia. Perbandingannya, untuk setiap 700 juta semut yang muncul ke dunia ini, hanya terdapat 40 kelahiran manusia. Tentu masih banyak informasi lain yang menakjubkan bisa dipelajari tentang makhluk ini.
Semut merupakan salah satu kelompok yang paling "sosial" dalam genus serangga dan hidup sebagai masyarakat yang disebut "koloni", yang "terorganisasi" luar biasa baik. Tatanan organisasi mereka begitu maju sehingga dapat dikatakan dalam segi ini mereka memiliki per-adaban yang mirip dengan peradaban manusia.
Semut merawat bayi-bayi mereka, melindungi koloni, dan bertempur di samping juga memproduksi dan menyimpan makanan. Bahkan ada koloni yang melakukan pekerjaan yang bersangkutan dengan "pertanian" atau "peternakan". Dengan jaringan komunikasi yang sangat kuat, hewan ini begitu unggul sehingga tak dapat dibandingkan dengan organisme mana pun dalam segi spesialisasi dan organisasi sosial.
Di masa kini, para peneliti yang cerdas dan berpendidikan tinggi bekerja siang-malam dalam pelbagai lembaga pemikiran untuk merumuskan organisasi sosial yang sukses dan menemukan solusi yang langgeng untuk berbagai masalah ekonomi dan sosial. Para ideolog juga telah menghasilkan berbagai model sosial selama berabad-abad. Namun secara umum, belum terlihat tatanan sosial sosioekonomis yang berhasil dicapai melalui segala upaya intensif ini. Karena sejak dulu konsep tatanan masyarakat manusia didasarkan pada persaingan dan kepentingan individu, tatanan sosial yang sempurna tidak mungkin tercapai. Sementara, semut-semut telah menjalani sistem sosial yang ideal bagi mereka selama jutaan tahun hingga hari ini.
Lalu, bagaimana makhluk kecil ini membentuk tatanan seperti itu? Jawaban untuk pertanyaan ini jelas harus dicari.

Fosil semut yang berusia 80 juta tahun. Fosil ini jelas menunjukkan bahwa semut tidak berubah sama sekali selama 80 juta tahun.
Para evolusionis mencoba menjawab pertanyaan ini dengan klaim bahwa semut telah berevolusi 80 juta tahun yang lalu dari "Tiphiidae", sebuah genus purba rayap, dan mulai bersosialisasi 40 juta tahun yang lalu secara seketika, "atas keinginan sendiri"dan membentuk tingkat tertinggi dalam evolusi serangga. Namun, para evolusionis ini tidak men-jelaskan sama sekali apa pe-nyebab perkembangan sosiali-sasi ini dan bagaimana proses-nya. Perlu dicatat, mekanisme dasar evolusi mengharuskan makhluk hidup saling berta-rung hingga titik terakhir untuk kelangsungan hidup masing-masing, oleh karena itu setiap genus serta setiap individu di dalamnya hanya bisa memikir-kan dirinya sendiri dan anaknya (mengapa dan bagaimana ia mulai memikirkan anaknya juga merupakan jalan buntu bagi Evolusi, tetapi hal ini kita abaikan dulu). Tentu saja, bagaimana "hukum evolusi" ini dapat membentuk sistem sosial yang berpusat pada pengorban-an, tidak terjawab.
Pertanyaan yang harus dijawab tidak hanya itu. Mung-kinkah makhluk ini, yang berat sel saraf dari sejuta ekornya ha-nya 20 gram, telah mengambil keputusan untuk bersosialisasi dalam kelompok "secara begitu saja"? Atau, mungkinkah mereka berkumpul dan menetapkan peraturan untuk sosialisasi ini setelah mengambil keputusan? Andaipun kita anggap ini mungkin, mungkinkah bagi mereka semua untuk mematuhi sistem baru ini tanpa kecuali? Apakah mereka lalu membentuk tatanan sosial yang maju dengan mendirikan koloni dengan anggota berjuta-juta ekor semut, setelah mengatasi semua kemustahilan ini?
Lalu bagaimana "sistem kasta" muncul dari pergumulan ini? Pertama, pertanyaan ini harus dijawab: Bagaimanakah berkembangnya perbedaan antara ratu dan pekerja? Tentang hal ini para evolusionis berpendapat bahwa sekelompok pekerja meninggalkan pekerjaannya dan mengembangkan fisiologi yang berbeda dengan semut pekerja lain, dengan cara mengalami variasi genetis dalam waktu yang lama. Namun, kita lalu dihadapkan pada pertanyaan bagaimana para "calon ratu" tersebut mendapat makanan selama masa transformasi ini. Semut ratu tidak pernah mencari makanan. Mereka dibawakan makanan oleh pekerja. Sebagian pekerja mungkin menganggap dirinya sebagai "ratu", tapi bagaimana dan mengapa para pekerja lain menerima hierarki ini? Selanjutnya, mengapa mereka mau memberi makan ratu ini? "Perjuangan hidup" yang mereka jalani, menurut "evolusi", mengharuskan mereka memikirkan diri sendiri saja.
Semua serangga melewatkan sebagian besar waktunya mencari makan. Mereka mencari makanan dan makan, lalu mereka lapar lagi, dan kembali pergi mencari makan. Mereka juga lari dari bahaya. Jika kita menerima evolusi, kita juga harus menerima bahwa dulu semut juga hidup "secara individual", tetapi pada suatu hari, jutaan tahun yang lalu, mereka memutuskan untuk tersosialisasi. Maka muncul pertanyaan, bagaimana mereka "memutuskan" untuk "membentuk" tatanan sosial ini tanpa komunikasi yang sama di antara mereka, karena menurut evolusi, komu-nikasi adalah konsekuensi dari sosialisasi. Selanjutnya, persoalan bagai-mana mereka mengembangkan mutasi genetik yang diperlukan untuk sosialisasi ini tidak memiliki penjelasan ilmiah apa pun.
Semua argumen ini membawa kita pada satu titik: Klaim bahwa semut mulai "bersosialisasi" pada suatu hari jutaan tahun yang lalu melanggar semua aturan dasar logika. Satu-satunya penjelasan yang mungkin adalah: tatanan sosial, yang akan kita lihat perinciannya dalam bab-bab berikut, diciptakan bersamaan dengan semut itu sendiri; dan sistem ini tidak berubah sejak koloni semut yang pertama di bumi, hingga hari ini.
Saat menyebutkan lebah yang tatanan sosialnya mirip dengan semut, Allah menyatakan dalam Al Quran bahwa tatanan sosial ini telah "diwahyukan" kepada mereka:
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. An-Nahl, 16: 68-69) !
Ayat ini menyampaikan pesan bahwa segala sesuatu yang dilakukan lebah madu diatur oleh "wahyu" yang diberikan Allah kepada mereka. Sesuai dengan itu, semua "rumah" atau sarang - dan, karenanya, seluruh tatanan sosial dalam sarang ini - dan semua pekerjaan yang mereka lakukan untuk membuat madu, dimungkinkan oleh ilham yang diberikan Allah kepada mereka.
Pada semut, kita melihat hal yang serupa. Allah pun telah meng-ilhami mereka dengan tatanan sosial dan mereka menurutinya secara mutlak. Karena itulah setiap kelompok semut melaksanakan tugasnya secara sempurna dan dengan kepasrahan mutlak dan tidak menuntut lebih.
Dan inilah hukum alam. Di alam tidak ada "pertarungan untuk kelangsungan hidup" yang acak dan kebetulan, seperti yang diklaim evolusi, di masa dulu pun tidak. Sebaliknya, semua makhluk hidup memakan "makanan" yang ditentukan untuk mereka dan melakukan tugas yang ditugaskan Allah kepada mereka. Karena "tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya" (QS. Hud, 11: 56) dan "sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki" (QS. Adz-Dzariyat, 51: 58).
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk orang beriman. Dan pada penciptaan kamu dan pada hewan melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk kaum yang meyakini. (Surat Al-Jatsiyah: 3-4)

KEAJAIBAN PENCIPTAAN PADA UNTA

Lima puluh lima derajat celcius adalah suhu yang panas membakar. Itulah cuaca panas di gurun pasir, daerah yang tampak tak bertepi dan terhampar luas hingga di kejauhan. Di sini terdapat badai pasir yang menelan apa saja yang dilaluinya, dan yang sangat mengganggu pernafasan. Padang pasir berarti kematian yang tak terelakkan bagi seseorang tanpa pelindung yang terperangkap di dalamnya. Hanya kendaraan yang secara khusus dibuat untuk tujuan ini saja yang dapat bertahan dalam kondisi gurun ini.
Kendaraan apapun yang berjalan di kondisi yang panas menyengat di gurun pasir, harus didisain untuk mampu menahan panas dan terpaan badai pasir. Selain itu, ia harus mampu berjalan jauh, dengan sedikit bahan bakar dan sedikit air. Mesin yang paling mampu menahan kondisi sulit ini bukanlah kendaraan bermesin, melainkan seekor binatang, yakni unta.

Unta telah membantu manusia yang hidup di gurun pasir sepanjang sejarah, dan telah menjadi simbul bagi kehidupan di gurun pasir. Panas gurun pasir sungguh mematikan bagi makhluk lain. Selain sejumlah kecil serangga, reptil dan beberapa binatang kecil lainnya, tak ada binatang yang mampu hidup di sana. Unta adalah satu-satunya binatang besar yang dapat hidup di sana. Allah telah menciptakannya secara khusus untuk hidup di padang pasir, dan untuk melayani kehidupan manusia. Allah mengarahkan perhatian kita pada penciptaan unta dalam ayat berikut:
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ

Artinya : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana ia diciptakan." (QS. Al-Ghaasyiyah, 88:17)

Jika kita amati bagaimana unta diciptakan, kita akan menyaksikan bahwa setiap bagian terkecil darinya adalah keajaiban penciptaan. Yang sangat dibutuhkan pada kondisi panas membakar di gurun adalah minum, tapi sulit untuk menemukan air di sini. Menemukan sesuatu yang dapat dimakan di hamparan pasir tak bertepi juga tampak mustahil. Jadi, binatang yang hidup di sini harus mampu menahan lapar dan haus, dan unta telah diciptakan dengan kemampuan ini.

Unta dapat bertahan hidup hingga delapan hari pada suhu lima puluh derajat tanpa makan atau minum. Ketika unta yang mampu berjalan tanpa minum dalam waktu lama ini menemukan sumber air, ia akan menyimpannya. Unta mampu meminum air sebanyak sepertiga berat badannya dalam waktu sepuluh menit. Ini berarti seratus tiga puluh liter dalam sekali minum; dan tempat penyimpanannya adalah punuk unta. Sekitar empat puluh kilogram lemak tersimpan di sini. Hal ini menjadikan unta mampu berjalan berhari-hari di gurun pasir tanpa makan apapun.

Kebanyakan makanan di gurun pasir adalah kering dan berduri. Namun sistem pencernaan pada unta telah diciptakan sesuai dengan kondisi yang sulit ini. Gigi dan mulut binatang ini telah dirancang untuk memungkinkannya memakan duri tajam dengan mudah.

Perutnya memiliki disain khusus tersendiri sehingga cukup kuat untuk mencerna hampir semua tumbuhan di gurun pasir. Angin gurun yang muncul tiba-tiba biasanya menjadi pertanda kedatangan badai pasir. Butiran pasir menyesakkan nafas dan membutakan mata. Tapi, Allah telah menciptakan sistem perlindungan khusus pada unta sehingga ia mampu bertahan terhadap kondisi sulit ini. Kelopak mata unta melindungi matanya dari dari debu dan butiran pasir. Namun, kelopak mata ini juga transparan atau tembus cahaya, sehingga unta tetap dapat melihat meskipun dengan mata tertutup. Bulu matanya yang panjang dan tebal khusus diciptakan untuk mencegah masuknya debu ke dalam mata. Terdapat pula disain khusus pada hidung unta. Ketika badai pasir menerpa, ia menutup hidungnya dengan penutup khusus.

Salah satu bahaya terbesar bagi kendaraan yang berjalan di gurun pasir adalah terperosok ke dalam pasir. Tapi ini tidak terjadi pada unta, sekalipun ia membawa muatan seberat ratusan kilogram, karena kakinya diciptakan khusus untuk berjalan di atas pasir. Telapak kaki yang lebar menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, dan berfungsi seperti pada sepatu salju. Kaki yang panjang menjauhkan tubuhnya dari permukaan pasir yang panas membakar di bawahnya. Tubuh unta tertutupi oleh rambut lebat dan tebal. Ini melindunginya dari sengatan sinar matahari dan suhu padang pasir yang dingin membeku setelah matahari terbenam. Beberapa bagian tubuhnya tertutupi sejumlah lapisan kulit pelindung yang tebal. Lapisan-lapisan tebal ini ditempatkan di bagian-bagian tertentu yang bersentuhan dengan permukaan tanah saat ia duduk di pasir yang amat panas. Ini mencegah kulit unta agar tidak terbakar. Lapisan tebal kulit ini tidaklah tumbuh dan terbentuk perlahan-lahan; tapi unta memang terlahir demikian. Disain khusus ini memperlihatkan kesempurnaan penciptaan unta.

Marilah kita renungkan semua ciri unta yang telah kita saksikan. Sistem khusus yang memungkinkannya menahan haus, punuk yang memungkinkannya bepergian tanpa makan, struktur kaki yang menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, kelopak mata yang tembus cahaya, bulu mata yang melindungi matanya dari pasir, hidung yang dilengkapi disain khusus anti badai pasir, struktur mulut, bibir dan gigi yang memungkinkannya memakan duri dan tumbuhan gurun pasir, sistem pencernaan yang dapat mencerna hampir semua benda apapun, lapisan tebal khusus yang melindungi kulitnya dari pasir panas membakar, serta rambut permukaan kulit yang khusus dirancang untuk melindunginya dari panas dan dingin.

Tak satupun dari ini semua dapat dijelaskan oleh logika teori evolusi, dan kesemuanya ini menyatakan satu kebenaran yang nyata: Unta telah diciptakan secara khusus oleh Allah untuk hidup di padang pasir, dan untuk membantu kehidupan manusia di tempat ini.

Begitulah, kebesaran Allah dan keagungan ciptaan-Nya tampak nyata di segenap penjuru alam ini, dan Pengetahuan Allah meliputi segala sesuatu. Allah menyatakan hal ini dalam ayat Al-quran:

إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا

Artinya : "Sesungguhnya, Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan – Nya meliputi segala sesuatu." (QS. Thaahaa, 20:98)

About Me

Foto Saya
Ulfy's Blog (ʃƪ´▽`)
Lihat profil lengkapku

Pengikut